Avian Influenza (AI) menunjukkan kembali keberadaannya di industri perunggasan pada akhir tahun 2017 hingga pertengahan 2018 ini. Kemunculan avian influenza atau virus flu burung ini dengan berbagai strain barunya cukup membuat resah insan perunggasan. Meski tidak tergolong ke dalam high pathogenic avian influenza (HPAI), namun strain baru ini disebut-sebut cukup mematikan meski dengan cara perlahan-lahan.
Dalam industri perunggasan, khususnya ayam, virus ini menyebar sangat cepat. Baik dari ayam ke ayam, flock ke flock, kandang ke kandang bahkan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.
Industri perunggasan ramai membahas H9N2 yang diduga menjadi penyebab merosotnya produksi di kandang-kandang. Meskipun saat ini H5N1 dinyatakan sebagai virus low pathogenic avian influenza (LPAI) yang dianggap tidak ganas.
avian influenza terkenal dapat menyerang beberapa jenis hewan seperti unggas dan mamalia serta berpotensi pula mengancam keselamatan manusia. Virus AI adalah virus RNA berpolaritas negatif termasuk famili orthomyxoviridae yang diklasifikasikan menjadi tipe A, B dan C berdasarkan pada antigenic protein nucleoprotein (NP) dan matrix (M1). Influenza A diklasifikasikan beberapa subtipe berdasarkan pada antigenisitas dua glikoprotein permukaan yaitu hemaglutinin (H/HA) dan neuraminidase (N/NA). Sebanyak 16 subtipe HA (H1-H16) dan 9 subtipe NA (N1-N9) pada unggas. Dua subtipe terbaru yaitu H17N10 dan H18N11 sejauh ini hanya ditemukan di spesies kelelawar pemakan buah.
Diantara semua subtipe virus influenza, subtipe H5 dan dan H7 merupakan yang paling diwaspadai karena sering menyebabkan wabah penyakit baik hewan atau manusia. Menurut Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, M.Si merupakan Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet), isolasi virus H5N1 pertama di Indonesia ditemukan pada ayam petelur di Blitar yaitu A/chicken/Indonesia/BL/2003 dan A/chicken/Indonesia/2A/2003. Jauh sebelum tahun 2003, sebetulnya virus AI sudah ditemukan di Indonesia tepatnya pada tahun 1983 yang merupakan virus LPAI yang diisolasi dari itik di Bali, Kalimantan Barat, Jawa Barat dan Jakarta. Tahun 2005 diidentifikasi bahwa penyakit H5N1 yang sudah ditemukan di unggas, ditemukan pula di manusia. Pertama virus dari mamalia dan unggas air dapat bereplikasi di babi, dan kemudian masuk ke tubuh manusia. Kedua virus dari unggas air bereplikasi di babi, kemudian ke manusia. Ketiga virus bisa langsung menyebar dari unggas ke manusia.
Selengkapnya pemustaka dapat di baca di ruang Referensi lantai III Perpustakaan Universitas Bengkulu. adm/sp